"Studi lanjutan yaitu eksperimen memainkan alat musik tiup tengah menunggu hasil analisis data dan ditinjau oleh sejawat," terang laporan Fox News, dikutip MNC Portal, Rabu (8/12/2021).
Studi ini awalnya dikembangkan sejak awal pandemi Covid-19 dalam upaya menentukan apa yang dapat dilakukan orang-orang dalam pertunjukan seni untuk kembali ke atas panggung dengan aman.
"Dari studi ini kita bisa tahu bahwa bernyanyi dengan volume kencang menghasilkan aerosol lebih banyak daripada sekadar bicara santai. Jadi, semakin keras orang berbicara atau bernyanyi, semakin buruk emisi aerosolnya," terang CSU dalam pernyataan resminya.
Hal itu juga berkaitan dengan jenis kelamin. Karena laki-laki menghasilkan aerosol lebih banyak dari perempuan, dan orang dewasa lebih banyak dari anak-anak, ini menjadi bahan acuan untuk dipertimbangkan dalam upaya menurunkan risiko penularan.
Menjadi catatan di sini bahwa penelitian ini dilakukan dengan set laboratorium, yang artinya tidak bisa digeneralisasikan ke set dunia nyata. Terlebih, studi ini tidak melibatkan pengujian jenis vokal dan penguji tidak mengukur risiko penularan penyakit pernapasan. Untuk itu, sangat diperlukan studi lebih lanjut. (TIA)