Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh bertambahnya nilai impor dari China sebesar USD707,1 juta (11,69 persen), Australia USD267,7 juta (28,43 persen), dan AS USD230,2 juta (23,51 persen).
Dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Januari-Juni 2024, kontribusi impor tertinggi masih didominasi oleh China sebesar USD32,44 miliar (35,41 persen), diikuti oleh Jepang USD6,47 miliar (7,06 persen), dan Thailand USD4,87 miliar (5,31 persen).
Sementara pergerakan dolar dan stabilitas politik AS menjadi indikator teramat penting bagi investor, terutama di pasar keuangan saat ini.
Peningkatan dramatis dalam ketegangan dan kekerasan politik AS membayangi pasar dunia pada terlihat dari sejumlah aset-aset Asia yang pertama kali menunjukkan reaksinya.
Di pasar saham dan keuangan Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini bergerak turun dengan pelemahan 0,73 persen di level 7.273 pada pukul 14.44 WIB.
Di samping itu, tercatat berdasarkan data Bank Indonesia, transaksi pekan lalu periode 8 – 11 Juli 2024, investor asing alias nonresiden tercatat beli neto Rp5,59 triliun terdiri dari beli neto Rp3,00 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,32 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp2,27 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Namun, sepanjang 2024, berdasarkan data setelmen hingga 11 Juli 2024, nonresiden maish tercatat jual neto Rp28,82 triliun di pasar SBN, jual neto Rp6,75 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp153,20 triliun di SRBI.
Insiden penembakan juga memperkuat harapan Trump menang dalam pemilu mendatang.
Melansir Reuters, kondisi ini membuat para analis memperkirakan apa yang disebut 'Trump-victory trades' dan bisa mendorong dolar yang lebih kuat serta kurva imbal hasil Treasury AS yang lebih curam.
Sebelumnya, pasar sudah khawatir seiring meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga AS hingga dugaan intervensi mata uang Jepang dan data ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan.
Sementara, China terus berjuang mengatasi krisis properti yang berkepanjangan di mana membuat geliat investasi semakin tak pasti dan menurunkan kepercayaan konsumen dan permintaan, serta adanya ancaman deflasi. (ADF)