Dia menyebutkan, Indonesia masih kuat menahan dampak inflasi AS karena sebetulnya inflasi di Indonesia sendiri lebih disebabkan oleh fenomena domestik, yaitu faktor volatile foods sebagai penyumbang utama.
"Karena produksi pangannya terbatas, dan walaupun produksinya cukup, tidak semua daerah ada (stoknya), sehingga tetap saja menimbulkan inflasi, jadi itu kontributor utamanya," tambah Eko.
Kontributor lainnya, sebut dia, memang inflasi inti. Namun, dia mewaspadai, jika inflasi di AS kian meninggi, dikhawatirkan permintaan barang dan jasa dari Indonesia berkurang.
"Kan sebenarnya kita surplus dagang dengan AS, kalau inflasinya makin tinggi lama-lama pembeli kita di sana terdampak dan jadinya engga banyak beli dari kita," pungkas Eko. (NIA)