sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Pengangguran RI 2023 Turun, tapi Masih di Atas Pra-pandemi

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
30/08/2023 17:59 WIB
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah menyebut, pengangguran turun dalam dua tahun terakhir.
Pengangguran RI 2023 Turun, tapi Masih di Atas Pra-pandemi. (Foto: MNC Media)
Pengangguran RI 2023 Turun, tapi Masih di Atas Pra-pandemi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah menyebut, pengangguran turun dalam dua tahun terakhir. Hal ini ia sampaikan ketika membuka Festival Bentoel Bangun Negeri di Malang, pada Selasa, (29/8/2023).

"Kita syukur sekali lagi karena kemauan kesadaran dari stakeholder ini, pengangguran Alhamdulillah kita bisa tekan," kata Ida.

Menurut Ida, pandemi Covid-19 membuat tingkat pengangguran di Indonesia berada di angka 6,2 persen.

Seiring berjalannya waktu pengangguran itu turun hingga 5,8 persen di 2022 atau mencapai 8,42 juta pengangguran yang tersebar di Indonesia.

"Di 2020 kita sedih banget, pengangguran kita 6,2 persen. Tapi Alhamdulillah turun 5,8, dan Alhamdulillah sekarang pengangguran 5,4 persen. Dan kita bisa ceritakan kalau lihat data BPS 2022 ke 2023, kita bisa serap tenaga kerja 3 juta lebih secara nasional, dan pengangguran bisa kita turunkan sekitar 450 ribu, dalam kurun waktu 2022 ke 2023," jelas menteri kelahiran Mojokerto ini.

Salah satu alasan mengapa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia berkurang karena banyak perusahaan dan sektor UMKM yang menyerap tenaga kerja.

Potret Tingkat Pengangguran RI

Meski turun, jika dilihat trennya, angka pengangguran RI masih belum pulih ke tingkat pra pandemi Covid-19. Pada 2019, tingkat pengangguran terbuka RI masih berada di level 5,23 persen, lebih rendah dibanding tingkat saat ini.

Artinya, selama ini tingkat pengangguran RI tidak benar-benar turun. (Lihat grafik di bawah ini.)

Kondisi ini juga menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi selama ini gagal menciptakan lapangan pekerjaan sesuai kebutuhan. Sementara itu, angkatan kerja baru terus bertambah setiap tahun.

Kondisi ini diperkuat dengan pernyataan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang mengatakan jumlah pengangguran di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi pasca pandemi Covid-19.

Menurut dia, tingginya jumlah pengangguran tidak diimbangi oleh serapan tenaga kerja dari perusahaan karena kondisinya masih belum cukup pulih. Hal itu membuat banyak fresh graduate atau angkatan kerja baru sulit untuk terserap oleh industri.

"Saya ingin menyampaikan, pengangguran saat ini ada 7 juta eksisting, angkatan kerja per tahun 2,9 juta. Pengangguran pascaCovid-19 itu masih ada 5 juta orang," kata Bahlil dalam pidatonya pada acara Diskusi Bersama di Universitas Diponegoro, melalui Kanal Youtube BKPM, Minggu (20/8/2023).

Sebagai informasi, tingkat pengangguran terbuka adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.

Padahal, angka pertumbuhan ekonomi RI cukup stabil sepanjang 2016 hingga 2023 kecuali saat terpukul pandemi pada 2020 yang sempat terkontraksi 2,07 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Solusi Pemerintah

Pemerintah pusat berupaya mengurangi angka pengangguran terbuka di 2023. Sejumlah langkah pun disusun melalui program sinergi antar kementerian lembaga hingga pemerintah daerah.

"Pengangguran terus kita turunkan dengan berbagai cara menyiapkan mereka masuk ke dalam pasar kerja," ucap Ida.

Menurut Ida, penyiapan usia produktif untuk masuk ke pasar kerja dinilai penting. Sebagai wadah menuju ke sana, maka diperlukan peningkatan kualitas skill dan pengetahuan masing-masing individu di usia produktif, agar terserap ke dunia kerja. 

Apalagi di era industri 4.0 persaingan ketenagakerjaan kian ketat, dengan adanya beberapa alat yang dapat menggantikan pekerjaan manusia.

Sebuah studi Goldman Sachs Maret tahun ini menemukan bahwa kemuncurlan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebenarnya dapat berdampak pada 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia. Kehadiran AI juga dapat menyebabkan “gangguan signifikan” di pasar kerja.

Menaker juga sempat mengatakan banyak negara di luar negeri yang mengalami aging population atau penuaan populasi. Negara-negara ini membutuhkan tenaga kerja usia produktif untuk memenuhi bidang-bidang pekerjaan tertentu. 

Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh Indonesia yang kelak akan mengalami bonus demografi.

Dia pun meminta anak muda Indonesia untuk bisa memanfaatkan bekerja di luar negeri daripada menjadi pengangguran. 

"Ini kesempatan emas, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan tidak hanya kita dorong dari dalam negeri, tapi juga dari negara lain," ujar Ida Fauziyah dalam keterangan tertulis, Kamis (24/8/2023). (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement