Menurut Rosa, pemerintah juga mendukung implementasi ekonomi sirkular dalam produksi plastik, pendaurulangan plastik, dan penciptaan industri plastik yang ramah lingkungan.
Dalam hal penerapan ekonomi sirkular, Industri Petrokimia di Indonesia telah menciptakan ragam inovasi pengelolaan sampah plastik, seperti mengubah sampah plastik menjadi minyak priolisis, campuran paving blok, campuran aspal, hingga menjadi bahan baku untuk Refuse-Derived Fuel (RDF).
"Hal ini menjadi sebuah upaya nyata dari pelaku industri untuk turut berperan dalam menciptakan keberlanjutan lingkungan," tutur Rosa.
Sementara, dalam kesempatan pertemuan koordinasi dengan KBRI Ottawa, Kanada, Duta Besar Indonesia untuk Kanada, Daniel Tumpal S Simanjuntak, menyatakan bahwa dalam pertemuan INC-4 ini, Pemerintah Indonesia mendukung penuh terbentuknya perjanjian internasional dalam mengatasi permasalah polusi sampah plastik, mendorong implementasi ekonomi sirkular, dan pendaurulangan kemasan plastik.
"Ini perlu dilakukan selaras dengan upaya Pemerintah mendukung pertumbuhan dan penguatan industri petrokimia dalam negeri guna mengurangi impor bahan baku sebagai tulang punggung ekonomi dan hilirsasi industri plastik maju. Industri petrokimia juga dapat mengembangkan industri daur ulang besar berskala nasional," ujar Daniel.