sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Perang Tarif Reda, OECD Naikkan Proyeksi Pertumbuhan AS dan China

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
03/12/2025 11:25 WIB
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memproyeksikan perekonomian dunia tetap tangguh pada 2025 di tengah gejolak tarif.
Perang Tarif Reda, OECD Naikkan Proyeksi Pertumbuhan AS dan China. (Foto: Inews Media Group)
Perang Tarif Reda, OECD Naikkan Proyeksi Pertumbuhan AS dan China. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memproyeksikan perekonomian dunia tetap tangguh pada 2025 di tengah gejolak tarif.

Perekonomian dunia secara keseluruhan diperkirakan tumbuh 3,2 persen pada 2025, turun dari 3,3 persen tahun lalu, sebelum melambat menjadi 2,9 persen tahun depan, dan kembali pulih pada 2027, dengan proyeksi ekspansi sebesar 3,1 persen.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) diperkirakan sebesar 2,0 persen pada 2025, 0,2 poin lebih tinggi daripada proyeksi OECD sebelumnya yang diterbitkan pada September.

Untuk zona euro, OECD kini memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,3 persen, 0,1 poin lebih tinggi daripada proyeksi pada September.

Perekonomian dunia secara keseluruhan diperkirakan tumbuh 3,2 persen pada 2025, turun dari 3,3 persen tahun lalu, sebelum melambat menjadi 2,9 persen tahun depan, dan kembali pulih pada tahun 2027, dengan proyeksi ekspansi sebesar 3,1 persen.

Pertumbuhan AS akan melambat menjadi 1,7 persen tahun depan, sementara pertumbuhan zona euro kemungkinan akan mencapai 1,0 persen. Kedua perkiraan tersebut lebih baik daripada proyeksi pada September.

China diperkirakan tumbuh 5,0 persen pada 2025, 0,1 poin di atas perkiraan pada September.

"Perekonomian global telah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan pada 2025," kata OECD dalam laporan terbarunya, dilansir dari AFP pada Rabu (3/12/2025).

Menurut laporan itu, meningkatnya perselisihan perdagangan, menegangnya geopolitik, dan penurunan investasi telah menghambat pertumbuhan global, tetapi permintaan barang dan jasa tetap kuat.

Kondisi keuangan global yang lebih longgar, kebijakan makroekonomi yang suportif, pertumbuhan pendapatan riil, dan investasi baru terkait kecerdasan (AI) turut mendukung permintaan.

"Peningkatan lebih lanjut dalam hambatan perdagangan, terutama di sekitar input penting, dapat menimbulkan kerusakan signifikan pada rantai pasokan dan output global," kata OECD.

"Valuasi aset yang tinggi berdasarkan ekspektasi optimistis terhadap pendapatan perusahaan yang digerakkan oleh AI menimbulkan risiko potensi koreksi harga yang tiba-tiba," katanya. (Wahyu Dwi Anggoro)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement