"Yang tadi kami sampaikan, melalui intervensi, melalui pembelian SBN dari pasar sekunder, maupun langkah-langkah lain, termasuk SRBI," katanya.
Berdasarkan data BI, rupiah hingga 17 Desember 2024 tercatat melemah sebesar 1,37 persen (ptp) dari bulan sebelumnya. Pelemahan rupiah ini terjadi karena tingginya ketidakpastian global serta arah kebijakan sektor keuangan Amerika Serikat (AS).
"Pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global terutama terkait dengan arah kebijakan AS, ruang penurunan FFR yang lebih rendah, penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor global untuk memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS," ujar Perry.
Secara umum pelemahan nilai tukar Rupiah tetap terkendali, yang bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 tercatat depresiasi sebesar 4,16 persen, lebih kecil dibandingkan dengan pelemahan dolar Taiwan, Peso Filipina, dan Won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,58 persen, 5,94 persen, dan 10,47 persen.
(kunthi fahmar sandy)