"Kalau saya tidak setuju sih, karena harga kan sudah standar banget harga Pertalite sekarang," ujar Lia.
Pengunjung lain, Ari (35) mengaku setuju apabila Pertalite digantikan oleh bioetanol. Sebab menurutnya, bioetanol diyakini punya hasil emisi gas buang yang lebih bersih ketimbang Pertalite.
"Kalau saya setuju-setuju saja, buat perbaikan yang lebih go green. Kalau harganya bisa lebih murah dan terjangkau, kenapa tidak," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengaku, rencana pencampuran bioetanol ini menjadi penting di tengah upaya pemerintah untuk mengurangi polusi di sejumlah kota besar, terutama di DKI Jakarta.
"Iya nanti kita lihat dulu, kita mau bioetanol itu karena masalah polusi ini harus kita kendalikan paling cepat. Mengendalikan itu adalah tadi etanol," ungkap Luhut, baru- baru ini.
Luhut menambahkan, nantinya anggaran kompensasi atau subsidi yang semula digelontorkan untuk Pertalite akan dialihkan pada Pertamax Green 92.
"(Bioetanol) tetap subsidi, lagi kita hitung. Targetnya yang kita subsidi orang yang pantas disubsidi," tegas Luhut.
(FAY)