“Kalau B35 itu memang jadi trade off saja. Kalau secara BBM kita punya kemandirian, mungkin devisa sudah bisa dihemat banyak. Pak Menko Airlangga bilang kalau kita sudah menghemat devisa lebih dari USD10 miliar. Diharapkan ini bisa lebih menghemat lagi,” ujar Agus.
Tetapi, Agus mengatakan, pemilik kendaraan harus lebih memerhatikan kondisi mesinnya saat mengisi bahan bakar biodiesel B35. Pasalnya, ada risiko korosi dari penggunaan biofuel yang terus menerus.
“Di satu sisi, mungkin yang menjadi perhatian adalah dari sisi kendaraannya. B35 ini kan kadar airnya lebih tinggi, jadi servisnya lebih sering. Jadi perawatannya harus lebih baik, setidaknya filter yang perlu lebih sering diganti,” ucap Agus.
Menurut Agus, dari sisi energi itu merupakan hal yang sangat baik karena mengurangi impor minyak mentah yang sangat besar. Pasalnya, saat ini mobil diesel menjadi idaman dan penjualannya meningkat dibandingkan 2021.
“Kalau dari datanya Gaikindo itu lebih dari 200 ribu unit mobil diesel terjual atau sepertiga dari total penjualan domestik 1 juta unit. Jadi, itu akan memperbaiki juga dan kita punya alternatif BBM. Kita juga kan lagi ngembangin Bensa (Bensin Sawit) itu buat mobil bensin bukan diesel. Itu bagus juga karena Indonesia saja yang punya,” ujarnya.
Agus berharap, pengembangan Bensa dapat dilakukan dalam waktu cepat. Ini akan mengurangi emisi lebih besar lagi jika dipadukan dengan teknologi elektrik atau mobil hybrid.