Selain itu, terdapat delapan inisiatif yang akan dijalankan Pertamina untuk mencapai target 17% portofolio energi hijau di 2030.
“Pertama, Pertamina mempelopori peningkatan penggunaan energi panas bumi di Indonesia dari 672 megawatt (MW) di 2020, menjadi 1.128 MW di 2026. Kedua, Pertamina engembangkan produksi hidrogen ramah lingkungan di Indonesia yang akan memanfaatkan listrik dari lapangan panas bumi Pertamina. Pengembangan green hydrogen itu akan dimulai di Pembangkit Geothermal Ulubelu untuk digunakan di Pabrik Polypropylene Kilang Plaju,” ungkap Oki.
Kemudian ketiga, lanjut Oki, berkolaborasi dengan Inalum, Antam, PLN, dan perusahaan baterai untuk melakukan pengembangan produksi baterai mobil listrik atau electric vehicle (EV) dengan target produksi sebanyak 140 giga watt hour (GWh) di 2029.
“Dan keempat, Pertamina akan bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk. sebagai produsen batu bara untuk mengubah materi batu bara menjadi metanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Kelima, pengembangan green refinery dengan produk-produk energi hijau, seperti green diesel dan green avtur yang akan dilakukan Pertamina pada 2025,” tambahnya.
Keenam, Pertamina juga mengembangkan proyek biomassa menjadi biogas dan bioetanol di Sei Mangkei. Dengan potensi besar Mikroalga di perairan luas Indonesia yang mampu memproduksi Algae terbesar ke-3 di kawasan Asia Pasifik, Pertamina akan menjadikan mikroalga sebagai bahan untuk memproduksi biofuel.