Dwi menambahkan dampak multiplier effect dari proyek abadi Masela juga akan dirasakan oleh pemerintah dan masyarakat daerah, antara lain PI 10% untuk Pemerintah Daerah, serta pembangunan kilang secara onshore akan turut mendukung menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi pada perekonomian di daerah serta meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya.
Di sisi lain, Dwi mengatakan setelah penandatangan revisi POD pada 2019, dukungan, optimisme dan harapan positif dari berbagai pemangku kepentingan terhadap industri hulu migas bermunculan, namun seiring waktu dengan rencana hengkangnya Shell maka maka optimisme tersebut kembali meredup.
“Masuknya Pertamina dan Petronas ke blok Abadi Masela akan membangkitkan kembali optimisme tersebut sekaligus menjadi momentum bagi industri hulu migas nasional”, imbuh Dwi.
Dia mengharapkan dukungan dari Pemerintah dan para pemangku kepentingan agar masuknya Pertamina dan Petronas menjadi momentum untuk melakukan akselerasi proyek Abadi Masela, sehingga dapat mengejar keterlambatan yang ada. “Momentum ini akan didukung penuh oleh SKK Migas dengan melakukan best effort agar proyek Masela dapat berlari kencang mengejar ketertinggalan yang telah terjadi sebelumnya,” ujarnya.
Lebih lanjut Dwi menyampaikan masuknya Pertamina sebagai national oil company (NOC) dan Petronas sebagai salah satu perusahaan migas kelas dunia (world class company) menunjukkan potensi dan daya saing investasi hulu migas di Indonesia masih menarik dan mampu bersaing secara global.
Sepanjang 2023, komitmen investasi hulu migas mencapai USD15,5 miliar atau meningkat 28% dibandingkan realisasi investasi tahun 2022. Masuknya Pertamina dan Petronas tentunya dapat mendorong peningkatan investasi di tahun ini maupun tahun-tahun yang akan datang.
Adapun, Lapangan Abadi di Blok Masela yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional tersebut berada sekitar 160 Km lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Masa berlaku Production Sharing Contract (PSC) dari tahun 1998 hingga 2055.
Lapangan dengan cadangan gas terbesar di Indonesia ini direncanakan akan menghasilkan 9.5 Million Metric Tonnes per Annum (MMTPA) LNG, 150 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) gas pipa, dan 35,000 barrel/day kondensat.
Konsep pengembangan lapangan green field yang kompleks mencakup pengeboran dan sistem produksi bawah laut, Floating Production Storage and Offloading (FPSO), pipa gas ekspor sepanjang kurang lebih 175km dan onshore LNG plant. Blok Masela direncanakan akan menghasilkan clean LNG melalui penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung program Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung keberlanjutan pada era transisi energi.
(FRI)