"Sehingga cita-cita meningkatkan value, membesarkan BUMN itu bisa lebih fokus. Karena dia tidak lagi dibebani untuk mengurus soal-soal yang kaitannya dengan PSO," kata dia.
Toto menjelaskan, Danantara saat ini masih memiliki fungsi ganda, yaitu aspek komersial dan sosial. Fungsi sosial, terutama PSO di sektor kereta api, energi, dan pangan, harus didukung dengan kompensasi yang jelas dari APBN atau Penyertaan Modal Negara. Ini menjadi perbedaan mendasar yang membuat Danantara menuntut transparansi penuh dalam pelaporan dan akuntabilitas.
Menurutnya, menempatkan entitas yang berorientasi layanan publik, seperti Perum Jasa Tirta, Perum Bulog, dan Perum Damri, ke dalam Danantara yang berorientasi laba, bisa menciptakan disonansi strategis dan berpotensi merusak nilai investasi keseluruhan.
"Jangan lupa juga, karena BUMN itu kan tidak semuanya hanya urusannya komersial, hanya mencari profit. Tapi ada fungsi lain, misalnya fungsi terkait perintisan, melayani kebutuhan publik," kata Toto.