Ria pun tak kalah antusias. “Saya tak pernah membayangkan batik saya bisa sampai ke luar negeri. Saya mulai dari nol, batik saya dulu hanya untuk pasar lokal. Tapi PNM mengajari saya banyak hal, dari pengelolaan keuangan sampai branding. Sekarang ada belasan perempuan di kampung saya yang ikut membatik. Kami bangga bisa memperkenalkan budaya Indonesia di Jepang,” ujarnya dengan penuh semangat.
Kesuksesan Ely dan Ria menjadi bukti nyata bahwa modal usaha PNM tak hanya meningkatkan penghasilan individu, tetapi menciptakan efek berlipat, membuka lapangan pekerjaan, memberdayakan komunitas, dan menggerakkan ekonomi lokal. Program PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) telah melahirkan ribuan kisah perjuangan penuh makna di berbagai pelosok negeri.
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, menyatakan akan terus membuka jalan bagi pelaku usaha ultra mikro agar berani bermimpi besar. “Kami ingin menunjukkan bahwa usaha kecil dari desa bisa bersinar di panggung dunia. Jangan pernah berhenti bermimpi, lakukan yang terbaik setiap hari, dan suatu hari kerja keras itu akan membawamu ke tempat yang tak pernah terbayangkan,” katanya.
Kehadiran PNM di Tokyo Handmade Marche 2025 menjadi tahap penting bagi produk lokal Indonesia untuk mendapat pengakuan global. Dari dapur rumah hingga ke Tokyo Dome, Ely dan Ria adalah bukti bahwa semangat, kerja keras, dan dukungan tepat dapat mengubah hidup dan menginspirasi jutaan perempuan lain untuk percaya pada mimpinya.
(kunthi fahmar sandy)