IDXChannel - Presiden Terpilih Prabowo Subianto menyebut masih ada pihak yang pesimistis terhadap program hilirisasi pertambangan, seperti nikel yang selama ini digaungkan oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Padahal menurutnya, hilirisasi yang dicanangkan Jokowi itu bersifat mutlak lantaran merupakan kunci terhadap kebangkitan Indonesia. Sebab berawal dari hilirisasi tersebut, pemerintah ke depan akan melakukan industrialisasi.
"Bersyukur kita memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, kita memiliki cadangan bauksit salah satu terbesar di dunia, copper kalau tidak salah kita ketujuh di dunia, kita punya thorium, uranium, rare earth," kata Prabowo, Rabu lalu (9/10/2024).
"Memang ada pihak-pihak yang selalu entah pesimistis atau memang sengaja tidak suka kalau Indonesia bangkit," katanya.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengaku dirinya memang pernah disentil Wakil Presiden ke 10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) karena pemerintah membesarkan proyek hilirisasi atau pembangunan smelter di dalam negeri.
"Saya pernah disentil oleh Pak JK "Lil, itu investasi nikel itu jangan dibesarkan-besarkan karena yang dapat untung banyak kan bukan dalam negeri, luar negeri, nilai tambahnya itu luar negeri," kata Bahlil.
Bahlil mengakui bahwa 85 persen industri hilirisasi tambang memang masih dikuasai oleh investor asing.
"Untuk izin tambang 85 persen sampai 90 persen itu dalam negeri, dimiliki oleh putra-putri terbaik Republik Indonesia dan BUMN. Tetapi untuk industrinya itu saya jujur mengatakan dikuasai 85 persen oleh asing," kata dia
Bahlil melanjutkan, satu alasan industri hilirisasi tambang di Indonesia masih didominasi oleh asing karena perbankan luar negeri lebih berminat memberikan kredit investasi dibandingkan perbankan dalam negeri.
Menurutnya, meskipun ada bank lokal yang menawarkan kredit, persyaratan modal awal (equity) yang diminta terlalu besar, yakni 30 hingga 40 persen, yang sulit dipenuhi oleh sebagian besar pengusaha.
(Nur Ichsan Yuniarto)