sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Protes Lockdown di China Makin Parah, Ini Sederet Dampak Ekonominya

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
29/11/2022 10:45 WIB
Protes di China memperburuk pasar saham, nilai tukar yuan hingga aktivitas manufaktur. Uniknya, beberapa indeks saham rebound hari ini.
Protes Lockdown di China Makin Parah, Ini Sederet Dampak Ekonominya. (Foto: MNC Media)
Protes Lockdown di China Makin Parah, Ini Sederet Dampak Ekonominya. (Foto: MNC Media)

Alih-alih melonggarkan, China malah memperketat langkah-langkah anti Covid-nya dalam beberapa pekan terakhir, karena negara itu bergulat dengan tingkat infeksi harian yang mencapai rekor tertinggi.

Sementara peningkatan infeksi ini terbilang sedikit dibandingkan dengan tingkat yang terlihat di negara lain. Pejabat China juga masih ‘ngotot’ terhadap kebijakan nol-Covid karena tingkat vaksinasi yang rendah dan kurangnya infrastruktur perawatan kesehatan.

Hanya sekitar separuh populasi China yang berusia 80 tahun ke atas yang telah menerima vaksinasi pertama mereka. Hanya kurang dari 60% dari mereka yang berusia 60 hingga 69 tahun telah divaksinasi penuh.

Padahal, orang tua paling berisiko tertular virus dan China telah mendesak orang tua untuk mendapatkan vaksinasi.

Di samping itu, langkah-langkah ketat kebijakan Zero Covid-19 sangat membebani pertumbuhan ekonomi China tahun ini, terutama di sektor manufaktur.

Hal ini karena negara itu menutup beberapa pusat industri untuk menekan outbreak infeksi.

Data menunjukkan industri China turun di periode Januari hingga Oktober. Laba industri turun 3% dalam 10 bulan pertama tahun 2022 dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini lebih dalam dibanding dengan penurunan untuk periode Januari-September 2,3%, menurut data Biro Statistik Nasional yang dirilis pada hari Minggu (27/11).

Keuntungan di perusahaan industri milik negara tumbuh 1,1%, sementara di sektor swasta turun 2,1%.

Di antara 41 industri yang disurvei, 22 mengalami penurunan laba. Terutama pada peleburan logam besi minus 92,7%, minyak bumi batubara dan bahan bakar lainnya minus 70,9%, peleburan logam non-ferro minus 20,0%), tekstil minus 16,4%, karet dan plastik minus 11,5%, dan industri barang logam minus 9,7%.

Dalam beberapa bulan terakhir, lockdown juga telah menimpa kota industri utama di China, termasuk wilayah Shenzhen.

Kota dengan penduduk 17,5 juta ini merupakan pusat teknologi, dan Shanghai, kota berpenduduk 26 juta juga menjadi pusat manufaktur, perdagangan, dan keuangan.

Lockdown mengakibatkan pabrik dan pelabuhan ditutup untuk waktu yang lama. Hal ini juga mempengaruhi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah tersebut.

Ekonomi China juga hanya tumbuh 3,9% selama setahun terakhir, dibandingkan dengan target sebesar 5,5% di tahun ini.

Angka pengangguran juga meningkat, terutama di kalangan anak muda, dan pasar properti semakin tertekan.

Tindakan lockdown ini juga memengaruhi bisnis dan konsumen di seluruh dunia, yang pasokan barangnya bergantung pada produksi China.

Sebagai contoh, lockdown di pabrik Foxconn di Zhengzhou memukul produksi iPhone, menyebabkan kekhawatiran kekurangan pasokan di seluruh dunia.

Penutupan berbagai pabrik ini juga menyebabkan kekhawatiran akan kekurangan produksi dan distribusi mainan menjelang Natal.

Meskipun pemerintah meluncurkan banyak langkah stimulus untuk membantu mendukung pertumbuhan, sejauh ini mereka memiliki efek terbatas pada perekonomian. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement