IDXChannel - PT Pupuk Indonesia (Persero) kembali melakukan revitalisasi pabriknya. Kali ini perseroan melakukan pembaharuan (revamping) atas pabrik jadul menjadi Amonia Pabrik II.
Dalam pembangunan itu, unit usaha perusahaan yakni PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) menggandeng PT Tripatra Engineers & Constructors selaku kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC).
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi mengatakan, revamping pabrik menjadi bagian dalam transformasi bisnis perusahaan, terutama lini usaha Pupuk Kaltim agar lebih ramah lingkungan.
"Program revamping ini sangat penting karena tantangan dunia usaha hari ini tidak hanya menjadi lebih efisien, kompetitif, profitable, tapi di saat yang sama lebih ramah lingkungan," ujar Rahmad, Rabu (1/11/2023).
Amonia Pabrik II merupakan pabrik tertua milik Pupuk Kaltim. Sehingga proses revamping pabrik bertujuan meningkatkan efisiensi energi dalam operasional pabrik, menciptakan produk yang lebih kompetitif, serta berkontribusi pada program dekarbonisasi perusahaan.
Dengan durasi proyek selama 24 bulan, Pupuk Indonesia menargetkan proyek revamping pabrik tertua yang beroperasi sejak 1984 ini selesai pada akhir 2025.
Rahmad memastikan Amonia Pabrik II akan lebih ramah lingkungan lantaran mampu menekan emisi karbon (CO2). Menurutnya, less carbon society atau less carbon economy merupakan sebuah keniscayaan dan program ini.
"Sehingga ini mudah-mudahan menjadi contoh di Indonesia bagaimana existing facilities yang sudah tidak efisien bisa dibuat lebih efisien dan ramah lingkungan," bebernya.
Senada, Direktur Utama Pupuk Kaltim Budi Wahju Soesilo menyebut, proyek revamping sejalan dengan prinsip ESG yang menjadi prioritas perusahaan dalam mengupayakan transformasi hijau di Indonesia.
Melalui pengembangan fasilitas teknologi yang digunakan pada pabrik Pupuk Kaltim, manajemen berupaya untuk lebih efisien lagi dalam menekan konsumsi energi.
"Tentunya hal ini juga menjadi perwujudan komitmen kami untuk terus menciptakan produk-produk yang lebih kompetitif dan berkelanjutan sambil mengupayakan penurunan emisi dari hasil produksi Pupuk Kaltim," papar Budi Wahju.
(SLF)