Meskipun Putin optimistis, pembahasan antara Rusia dan China selama bertahun-tahun terkait pembangunan Power of Siberia 2 belum mencapai kesepakatan. Alexander Novak, tokoh utama dalam urusan energi Putin, menyatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa mereka berharap segera menandatangani kontrak.
Rusia semakin terdorong untuk mempercepat proyek ini karena mereka berusaha untuk meningkatkan pengiriman gas ke China, sebagai upaya untuk mengimbangi penurunan ekspor mereka ke Eropa akibat konflik di Ukraina.
Putin mengakui pembangunan proyek tersebut akan rumit karena menyangkut masalah harga. Namun pertumbuhan ekonomi China memerlukan pasokan energi, dan Rusia adalah pemasok yang paling dapat diandalkan. Putin juga menekankan bahwa proyek tersebut juga akan aman dari serangan sanksi Barat.
"Tidak ada yang bisa menghalangi hal ini, baik sanksi terhadap armada kapal tanker atau bahkan sanksi terhadap lembaga keuangan. Kami akan membeli dan menjual segala sesuatu dalam mata uang nasional kami. Jadi minat dari kedua belah pihak sudah terkonfirmasi,” tukasnya.
Pipa tersebut direncanakan untuk mengalirkan 50 miliar meter kubik gas per tahun dari wilayah Yamal di Rusia utara. Jumlah ini hampir sama dengan kapasitas pipa Nord Stream 1 yang saat ini tidak aktif, yang dulunya mengalirkan gas dari Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik, yang rusak akibat ledakan pada 2022.