sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Resiko Tinggi, Investasi di Sektor Energi Terbarukan Masih Minim Peminat

Economics editor Oktiani Endarwati
07/11/2021 16:30 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui penggunaan EBT ebagai sumber energi masih memiliki sejumlah tantangan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui penggunaan EBT ebagai sumber energi masih memiliki sejumlah tantangan. (Foto: MNC Media)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui penggunaan EBT ebagai sumber energi masih memiliki sejumlah tantangan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai sumber energi masih memiliki sejumlah tantangan, seperti intermitten surya dan angin dan keterbatasan kemampuan jaringan untuk menyerap listrik dari EBT.

Tantangan lainnya adalah kurangnya minat dari lembaga keuangan untuk berinvestasi di sektor energi terbarukan karena risikonya yang tinggi, pembiayaan berbunga tinggi, biaya investasi yang tinggi untuk beberapa energi terbarukan seperti panas bumi, dan keterbatasan kemampuan industri dalam negeri, khususnya di bidang teknologi.

"Salah satu fokus yang tengah digarap oleh Kementerian ESDM adalah optimalisasi teknologi andal dalam pengembangan EBT," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (7/11/2021). 

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama Arifin. Pertama, pemanfaatan Solar Photovoltaic (PV). Dia menilai Solar PV layak dikembangkan di Indonesia mengingat besarnya potensi serta masa konstruksinya relatif lebih pendek daripada teknologi lain dan harganya kian kompetitif. 

"Ada tiga program utama pengembangan solar yaitu Floating Solar PV, Solar Farm, dan Rooftop Solar PV. Solar PV juga akan dikembangkan lebih lanjut untuk produksi hidrogen," ungkap Arifin.

Selanjutnya ada penyimpanan energi (energy storage). Aspek teknologi ini juga menjadi kunci utama dalam pengembangan energi terbarukan secara masif seperti pumped storage yang akan mulai digunakan pada tahun 2025 dan BESS yang akan digunakan secara masif pada tahun 2021.

Tak hanya itu, Arifin memberikan terobosan melalui pengembangan inovasi teknologi seperti sistem jaringan pintar (smart grid) yanh menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Saat ini terdapat 9 proyek smart grid yang menggunakan berbagai teknologi smart grid seperti two-way communication, smart communication, smart microgrid, dan Advanced Metering Infrastructure (AMI).

"Smart grid akan meringankan masalah saat ini dari sebagian besar pembangkit listrik. Penerapan sistem energi berkelanjutan akan mendukung penerapan energi terbarukan yang efisien dan andal karena smart grid dapat menganalisis beban dan produksi listrik," jelasnya.

Terakhir, pengembangkan industri baterai lithium dan kendaraan listrik. Kendaraan Listrik akan dikembangkan secara masif, ditargetkan untuk mendukung 2 juta roda dua dan 13 juta roda empat. Sebelumnya, Presiden RI juga meresmikan pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) guna mengintegrasikan industri baterai dari sektor hulu ke hilir untuk mewujudkan keberhasilan program kendaraan listrik.

"Kami juga memiliki regulasi untuk mempercepat pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai melalui pemberian insentif pajak dan kebijakan hilirisasi mineral untuk mendorong pengembangan industri baterai," tutup Arifin. (TIA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement