Purbaya melihat masa depan ekonomi Indonesia sangat cerah, terutama dengan besarnya permintaan domestik. Dia menyebut pertumbuhan 8 persen bukanlah hal yang mustahil jika dirancang dengan baik.
Mantan Ketua Dewan Komisioner LPS ini membandingkan dengan Jepang, Korea, dan China yang pernah mengalami pertumbuhan dua digit dalam waktu yang lama.
Selama 20 tahun terakhir, kata dia, mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak seimbang. Pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sektor swasta tumbuh pesat, sementara pada masa Presiden Jokowi, pemerintah gencar membangun infrastruktur, namun pertumbuhan kredit sektor swasta cenderung stagnan di angka 7 persen.
"Ke depan kita akan hidupkan dua-duanya, jadi dengan itu 6-7 persen tidak terlalu susah. Dua-duanya itu swasta dan pemerintah," katanya.
Terkait upaya peningkatan pendapatan negara, Purbaya menegaskan tidak ada rencana untuk menerapkan pajak baru. Dia pun meyakini, dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, penerimaan pajak akan meningkat secara otomatis, bahkan dengan sistem yang sudah ada.
"Menurut saya pribadi selama ini enggak usah, yang penting dengan sistem yang ada pun kalau pertumbuhannya bagus, Anda misal anggap tax ratio tax GDP-nya konstan, income kenceng juga kan," katanya.
(Dhera Arizona)