Ia menjelaskan, dalam bisnis clothing ada banyak tenaga kerja yang terlibat. Sedangkan thrifting tidak ada seperti itu karena barangnya sudah jadi dan tinggal dijual kepada konsumen.
"Jelas berdampak. Kalau thrifting enggak pakai jahit. Kalau di kita, kasihan yang jadi partner kita. Mulai dari tukang bahan, tukang jahit, tukang cuci, sampai tukang packing. Jadi bisnis kita bicara dari hulu sampai hilir," terangnya.
Ia menambahkan, dampak dari impor pakai bekas sudah terjadi selama dua tahun. Bahkan banyak pabrik yang tutup.
"Banyak yang tutup pabrik di Bandung. Banyak yang tidak terima order," jelasnya.