“Tidak ada tandon dan IPAL, sehingga rentan terhadap serangan penyakit dan produktivitasnya pun rendah, yakni hanya 0,6 ton per hektare per tahun,” ujarnya.
Dengan revitalisasi, KKP menargetkan akan terjadi perputaran uang triliunan rupiah per tahun, dengan asumsi harga jual ikan nila salin sebesar Rp25 ribu per kilogram (kg).
Selain aspek ekonomi, revitalisasi tambak juga diharapkan menciptakan efek berganda bagi sektor lain, seperti pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), peningkatan tenaga kerja, serta pengembangan infrastruktur, termasuk transportasi, logistik, telekomunikasi, listrik, dan sarana pendidikan.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut program revitalisasi ini sebagai solusi terhadap banyaknya tambak idle di sepanjang Pantura.
“Program ini sekaligus sebagai sarana edukasi bagi masyarakat untuk mengelola budi daya perikanan dengan cara lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” katanya.
(Dhera Arizona)