"Untuk itu kita lihat saat ini 1,4 juta bph 2025 naik jadi 1,7 juta bph per hari 2030, 2,6 juta 2050 naik jadi 4,6 juta bph dengan asumsi pertumbuhan sekitar 5 persen. Di satu sisi produksi kita menurun dari 2022 700.ooo per barel, semakin turun sampai ke 2050," kata dia.
Kondisi ini, lanjut dia, memberikan suatu tekanan luar biasa karena pemerintah harus menyediakan energi yang berbasis pada impor. Meski begitu, langkah ini bisa diatasi melalui peralihan dari transportasi berbasis bahan bakar minyak (BBM) ke transportasi berbasis listrik.
"Untuk itu tentu saja pergeseran transportasi berbasis bbm jadi transportasi basis listrik adalah solusi yang sangat tepat," ujar Darmawan. (TYO)