IDXChannel - Harga pangan dunia saat ini melonjak tajam, hal ini membuat ancaman krisis pangan global semakin nyata. Namun, Indonesia disebut masih aman dari ancaman krisis pangan.
Peneliti CORE Indonesia, Dwi Andreas Santosa mengatakan bahwa secara umum kondisi pangan di Indonesia pada tahun 2022 relatif aman meskipun impor pangan pasti meningkat.
"Jadi impor pangan dan defisit neraca perdagangan akan meningkat pada 2022 ini dibandingkan dengan 2021," kata Andreas dalam acara CORE Midyear Review 2022 yang disiarkan daring, Rabu (27/7/2022).
Menurutnya, khusus untuk padi, karena beras merupakan komponen utama pangan pokok, bila panen padi musim gadu terganggu, maka harga beras akan naik relatif tinggi mulai Agustus 2022 hingga Januari 2023.
"Jadi ini mohon jadi perhatian bersama, bagi saya pribadi saya justru mengamini, karena selama ini justru tani kita mendapatkan harga yang teramat rendah,"ujarnya.
Selain itu, dia mengungkapkan bahwa ada beberapa komoditas yang akan terdampak karena adanya pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, produksi serealia dan biji-bijian kasar dunia diperkirakan menurun di 2022 pada kisaran 0,4 persen hingga 1 persen.
Kemudian untuk produksi gandum turun 1 persen dari 778,3 juta ton menjadi 770,3 juta ton, hal ini dikarenakan kekeringan yang terjadi di Uni Eropa, peningkatan produksi di Kanada dan Australia karena iklim yang mendukung.
Sementara untuk produksi minyak nabati pada 2022 hingga 2023 akan mengalami peningkatan dari 600,33 juta ton menjadi 643,07 juta ton. Produksi kedelai juga mengalami kenaikan.
Andreas menerangkan harga minyak sawit dunia mengalami penurunan yang cukup tajam yang dikarenakan kebijakan pemerintah melarang ekspor.
“Harga minyak nabati dunia diperkirakan turun terus hingga 2023. Sementara turunnya harga minyak sawit dunia yang tajam merupakan akibat kebijakan pemerintah Indonesia yang menutup ekspor dan kemudian membuka lagi yang disertai program akselerasi ekspor,” tutupnya. (RRD)