sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Rupiah Sepekan Melemah 0,34 Persen Imbas Perang Dagang AS

Economics editor Anggie Ariesta
16/03/2025 12:10 WIB
Nilai tukar alias kurs rupiah pada sepekan perdagangan 10-14 Maret 2025 melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai tukar alias kurs rupiah pada sepekan perdagangan 10-14 Maret 2025 melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). (Foto: MNC Media)
Nilai tukar alias kurs rupiah pada sepekan perdagangan 10-14 Maret 2025 melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar alias kurs rupiah pada sepekan perdagangan 10-14 Maret 2025 melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Depresiasi rupiah ini terutama disebabkan oleh perang dagang AS yang memicu penguatan greenback terhadap seluruh mata uang.

Mengutip data Bloomberg, Minggu (16/3/2025), rupiah spot pada akhir pekan ditutup menguat 0,47 persen pada level Rp16.350 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.367 per dolar AS di awal pekan. Namun, rupiah mencatat pelemahan 0,34 persen dalam sepekan terakhir.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp16.392 per dolar AS pada perdagangan Jumat kemarin.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen global memberikan tekanan pada mata uang Garuda. Salah satunya setelah Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 200 persen pada minuman beralkohol Eropa, termasuk anggur dan sampanye, sebagai balasan atas keputusan Uni Eropa untuk mengenakan tarif 50 persen pada wiski Amerika.
 
“Keputusan UE, yang akan mulai berlaku pada tanggal 1 April, merupakan balasan terhadap tarif 25 persen yang baru diterapkan AS pada baja dan aluminium impor. Selain itu, Trump akan memberlakukan tarif timbal balik di seluruh dunia pada tanggal 2 April, yang dapat semakin memperburuk suasana hati investor,” kata Ibrahim.

Bersamaan dengan itu, data ekonomi AS baru-baru ini mengungkapkan angka inflasi yang lebih rendah. Baik indeks harga konsumen (CPI) maupun indeks harga produsen (PPI) yang menunjukkan tekanan inflasi yang lebih lemah dari yang diharapkan. Hal ini memperkuat ekspektasi potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve akhir tahun ini.
 
Perlu diketahui, Federal Reserve dijadwalkan bertemu pada 18-19 Maret untuk membahas kebijakan suku bunga. Konsensus saat ini mengantisipasi bahwa suku bunga akan tetap tidak berubah karena inflasi yang terus-menerus dan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement