Melalui strategi tersebut, sektor industri manufaktur Indonesia diharapkan menunjukkan kinerja positif di tengah dinamika geoekonomi dan geopolitik global.
Agus menambahkan menegaskan bahwa sektor ini tetap menjadi tulang punggung perekonomian nasional dengan pertumbuhan yang konsisten dan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Pada triwulan IV tahun 2024 hingga triwulan II-2025, sektor Industri Pengolahan Nonmigas (IPNM) tumbuh sebesar 4,94 persen (YoY) dan memberikan kontribusi 17,24 persen terhadap PDB nasional. Angka ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih menjadi penggerak utama ekonomi nasional," kata dia.
Dari sisi ekspor, kinerja sektor manufaktur juga menunjukkan daya tahan yang kuat. Selama periode Oktober 2024-Agustus 2025, nilai ekspor IPNM mencapai USD202,9 miliar atau 78,75 persen dari total ekspor nasional sebesar USD257,6 miliar.
"Kontribusi ekspor manufaktur ini menjadi bukti bahwa produk industri Indonesia semakin kompetitif di pasar global,” tambah Agus.
Kepercayaan investor terhadap sektor industri juga tetap tinggi. Realisasi investasi industri manufaktur mencapai Rp568,4 triliun pada periode Oktober 2024-Juni 2025, atau 40,72 persen dari total investasi nasional.
Pertumbuhan investasi tersebut turut berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Hingga Februari 2025, sektor IPNM menyerap 19,55 juta tenaga kerja, atau 13,41 persen dari total tenaga kerja nasional.
(NIA DEVIYANA)