Di Indonesia, tingkat produksi juga melonjak dan pasokan untuk pasar domestik yang lebih lemah.
Selain itu, fenomena El Nino yang akan datang kemungkinan tidak akan berdampak pada produksi minyak sawit di Asia Tenggara tahun ini, meskipun ancaman untuk tahun depan tetap ada.
Sementara mengutip data Kementerian Perdagangan, Harga Referensi (HR) produk CPO untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BLU BPD-PKS) atau biasa disebut Pungutan Ekspor (PE) untuk periode 16–31 Mei 2023 adalah USD893,23/MT.
Nilai ini menurun sebesar USD 62,30 atau 6,52% dari periode 1–15 Mei 2023 yang tercatat USD 955,53/MT.
Tercatat, ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa pada 2022 menurun 23% secara yoy.
Nilai ekspor CPO diperkirakan akan semakin turun tahun ini akibat kebijakan Uni Eropa yang melarang impor CPO hasil deforestasi hutan.
Beberapa negara Eropa penikmat sawit RI di antaranya Spanyol yang menjadi negara tujuan ekspor minyak sawit terbesar RI. Spanyol mengimpor CPO sebesar 622 ribu ton.
Italia adalah negara kedua tujuan ekspor minyak sawit terbesar RI sebesar 594 ribu di tahun lalu. Di posisi ke tiga ada Belanda yang mengimpor sawit Indonesia mencapai 429 ribu ton pada 2022.
Yunani berada di posisi ke empat negara tujuan ekspor terbesar CPO RI dengan jumlah pengiriman yang mencapai 108 ribu ton pada 2022. Angka ini bahkan naik, dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 84 ribu ton.
Jerman juga menjadi konsumen utama CPO RI dengan impor mencapai 36 ribu ton pada 2022. (ADF)