sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Selain Resesi, Ini ‘Ramalan’ Muram Bank Dunia soal Investasi di 2023

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
13/01/2023 13:36 WIB
Laporan itu menyerukan komunitas global untuk tetap membantu negara kecil dengan melalui aliran bantuan resmi
Selain Resesi, Ini ‘Ramalan’ Muram Bank Dunia soal Investasi di 2023. (Foto: MNC Media)
Selain Resesi, Ini ‘Ramalan’ Muram Bank Dunia soal Investasi di 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Laporan terbaru Bank Dunia menyoroti tentang pertumbuhan global yang melambat tajam dalam menghadapi peningkatan inflasi hingga investasi yang berkurang.

Dalam laporan bertajuk Prospek Ekonomi Global, kondisi ekonomi global masih sangat rapuh dan setiap perkembangan baru yang merugikan seperti inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, kenaikan suku bunga yang tiba-tiba, ancaman outbreak Covid-19 hingga meningkatnya ketegangan geopolitik dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi.

Kondisi ini disebut akan menandai pertama kalinya dalam lebih dari 80 tahun bahwa dua resesi global telah terjadi dalam dekade yang sama.

Perekonomian global diproyeksikan tumbuh hanya sebesar 1,7% pada tahun ini dan akan meningkat 2,7% pada 2024. Penurunan tajam dalam pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meluas, dengan perkiraan akan mempengaruhi 95% negara maju dan hampir 70% negara berkembang.

Selama dua tahun ke depan, pertumbuhan pendapatan per kapita di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang diproyeksikan rata-rata 2,8%. Angka ini satu poin persentase lebih rendah dari rata-rata proyeksi di 2010-2019.

“Krisis yang dihadapi pembangunan semakin intensif karena prospek pertumbuhan global memburuk,” kata Presiden Grup Bank Dunia David Malpass.

Bos Bank Dunia itu juga menyebut negara-negara berkembang akan menghadapi periode perlambatan ekonomi dalam beberapa tahun yang didorong oleh beban utang yang berat dan investasi yang lemah.

Kondisi ini terjadi karena modal global diserap oleh ekonomi maju yang menghadapi tingkat utang pemerintah yang sangat tinggi dan kenaikan suku bunga.

Kelemahan dalam pertumbuhan dan investasi bisnis akan bidang pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan infrastruktur serta tuntutan yang meningkat dari perubahan iklim.

Pertumbuhan di negara maju diproyeksikan melambat dari 2,5% pada 2022 menjadi hanya 0,5% pada tahun ini. Selama dua dekade terakhir, perlambatan ini akan mengantarkan pada kondisi resesi global.

Di Amerika Serikat, pertumbuhan diperkirakan turun menjadi 0,5% pada 2023 ke level 1,9 poin persentase di bawah perkiraan sebelumnya dan kinerja terlemah di luar kondisi resesi resmi sejak 1970.

Pada 2023, pertumbuhan kawasan euro bahkan diperkirakan nol persen. Angka ini direvisi turun dari sebelumnya sebesar 1,9 poin persentase.

Adapun di China, pertumbuhan diproyeksikan sebesar 4,3% pada tahun 2023 atau sebesar 0,9 poin persentase di bawah perkiraan sebelumnya.

Di luar proyeksi dari China, pertumbuhan di pasar negara berkembang diperkirakan akan melambat dari 3,8% pada 2022 menjadi hanya 2,7% tahun ini. Ini mencerminkan permintaan eksternal yang melemah secara signifikan yang diperparah oleh inflasi yang tinggi, depresiasi mata uang, kondisi pembiayaan yang lebih ketat, dan tantangan domestik lainnya.

Pada akhir tahun 2024, tingkat PDB di negara berkembang akan berada di level sekitar 6% di bawah tingkat yang diperkirakan sebelum pandemi.

Investasi Diproyeksikan Melemah

Laporan ini juga menilai prospek jangka menengah untuk pertumbuhan investasi di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang. Selama periode 2022-2024, investasi bruto di negara-negara berkembang cenderung tumbuh rata-rata sekitar 3,5%, angka yang kecil dari dua dekade sebelumnya.

“Investasi yang melemah menjadi perhatian serius karena terkait dengan produktivitas dan perdagangan yang lemah dan meredam prospek ekonomi secara keseluruhan. Tanpa pertumbuhan investasi yang kuat dan berkelanjutan, mustahil untuk membuat kemajuan yang berarti dalam mencapai pembangunan yang lebih luas dan tujuan terkait iklim,” kata Ayhan Kose, Direktur Prospects Group Bank Dunia.

Ia juga menyoroti pentingnya kebijakan nasional untuk mendorong pertumbuhan investasi perlu disesuaikan dengan keadaan negara. Namun harus dibarengi dengan membangun kerangka kebijakan fiskal dan moneter yang sehat dan melakukan reformasi komprehensif dalam iklim investasi.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement