IDXChannel - Selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), AirNav Indonesia mencatat telah melayani 52.871 pesawat udara. Jumlah ini turun 9,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama AirNav Indonesia, M. Pramintohadi Sukarno, menyampaikan bahwa pergerakan pesawat udara pada tersebut telah mengalami penurunan sebesar 9,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
“Kami mencatat Pada periode Nataru kali ini telah melayani sebanyak 52.871 pergerakan pesawat udara di antero Nusantara,dan mengalami penurunan sebesar 9,4 persen dibanding tahun sebelumnya 2020/2021,” kata Direktur Utama AirNav Indonesia, M. Pramintohadi Sukarno dalam keterangan resmi yang diterima MPI, Rabu (5/1/2022).
Angka pergerakan tersebut merupakan laporan dari 52 Posko Nataru yang kami selenggarakan bersama dengan Stakeholder penerbangan lainnya di kantor cabang, kantor cabang pembantu, maupun unit layanan navigasi penerbangan di seluruh Indonesia sejak 17 Desember 2021.
“Posko berakhir pada tanggal 4 Januari 2022 kemarin, dan puncak arus balik terjadi pada 29 Desember 2021 dengan total 2.908 pergerakan dan puncak arus mudik terjadi pada 22 Desember 2021 dengan total 3.754 pergerakan pesawat udara ,” ujarnya.
Selama periode Nataru 2021 - 2022, pihaknya menerbitkan 17 ASHTAM terkait dengan aktivitas gunung berapi yang terdiri dari 5 ASHTAM Gunung Dukono, 3 ASHTAM Gunung Lewotolo, dan 9 ASHTAM Gunung Semeru dan telah menerbitkan 63 NOTAM selama periode Nataru ini.
“NOTAM yang diterbitkan terdiri dari 55 NOTAM Pandemi COVID-19 dan 8 NOTAM terkait operasional, dan kami telah berkolaborasi dengan baik dalam memberikan pelayanan jasa transportasi udara yang prima,” urainya.
Dengan demikian, pihak Airnav menilai seluruh layanan navigasi penerbangan selama periode posko Nataru kali ini berjalan dengan baik, lancar, selamat, dan efisien.
“Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh personel navigasi penerbangan di seluruh Indonesia yang terus mendedikasikan kompetensi dan keahliannya dalam merangkai konektivitas di ruang udara Indonesia,” tutup Pramintohadi. (RAMA)