sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sepi Momentum Jadi Tantangan Berat Ekonomi RI di Kuartal III

Economics editor Iqbal Dwi Purnama
30/09/2022 12:20 WIB
Indonesia memiliki tantangan berat di kuartal III karena sepi momentum yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sepi Momentum Jadi Tantangan Berat Ekonomi RI di Kuartal III (Foto: MNC Media).
Sepi Momentum Jadi Tantangan Berat Ekonomi RI di Kuartal III (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 yang ditargetkan tumbuh 5,2% dinilai memiliki tantangan berat pada dua kuartal terakhir, yakni kuartal III dan kuartal IV. 

"Kalau target 5,2% tahun ini tantangannya di kuartal III dan IV, di mana ada perubahan yang signifikan dari aspek perkembangan harga energi," ujar Wakil Direktur INDEF (Institute for Development of Economics and Finance), Eko Listiyanto dalam Market Review IDXChanel, Jumat (30/9/2022).

Menurut Eko, harga energi yang membuat pemerintah memutuskan untuk memangkas subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) menjadi komponen hitungan terbesar dalam kegiatan ekonomi.

Karena kenaikan harga BBM diprediksi akan mengerek harga barang dan jasa yang akan menambah angka inflasi dalam negeri. Ketika inflasi, maka upaya yang bisa dilakukan adalah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Di mana yang terakhir di angka 4,25%, tentu hal tersebut akan pengaruhi penurunan laju kredit.

"Memang momennya tidak di bulan ini, tetapi mungkin satu hingga dua bulan ke depan itu akan terjadi semacam ini (kenaikan suku bunga acuan BI). Ini akan menjadi faktor-faktor penyesuaian dari pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.

Eko menjelaskan, tantangan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III memang cukup berat. Pertama memang pada bulan Juli-September ini tidak ada momentum yang mendorong konsumsi masyarakat.

"Di kuartal III pembedanya, kalau kita sudah mencapai 5,44% di kuartal II, di kuartal III ini tidak ada momen yang cukup besar yang relatif menjadi akseleran di pertumbuhan ekonomi," kata Eko.

"Kuartal II ada momen lebaran, di mana pada musim tersebut konsumsi masyarakat cenderung lebih besar konsumsinya. Kalau di kuartal III yang menjadi optimisme adalah aspek penerimaan, bea cukai, pajak, rerata naik 30%," lanjutnya.

Tetapi Eko menjelaskan, pertumbuhan ekonomi juga di ukur dari kecepatan pemerintah membelanjakannya. Penerimaan yang cukup besar memang menggambarkan ekonomi tumbuh, namun menurutnya, masih banyak penyerapan yang belum optimal.

"Bagus juga memang pemerintah harus sampaikan optimisme (pertumbuhan ekonomi), saya sepakat dengan itu," pungkasnya.

(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement