Begitu juga di Eropa dan Inggris di mana Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga sebanyak 175 bps ke level 2,5% hingga akhir 2022. Sementara Bank of England menaikkan menjadi 3,5% hingga akhir 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Menanggapi kondisi ini, laporan Prospek Ekonomi Global Bank Dunia menampilkan simulasi model untuk menilai dua skenario penurunan ekonomi global tahun ini.
Dalam skenario pertama, jika bank sentral memperketat kebijakan moneter lebih dari yang diharapkan sebagai tanggapan atas ekspektasi inflasi yang meningkat, hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan PDB global turun menjadi 1,3% di tahun ini.
Skenario kedua, tingkat kebijakan bank sentral utama bahkan akan lebih ketat, dan secara nyata kondisi keuangan yang lebih ketat menyebabkan kesulitan pembiayaan yang signifikan dan membuat dunia berisiko jatuh dalam resesi.
Sayangnya, sinyal kenaikan suku bunga ini masih cukup kuat dilontarkan banyak bank sentral utama.
The Fed misalnya, baru-baru ini menyampaikan risalah hasil rapat terakhir pada Kamis dini hari waktu Indonesia (23/2/2023).
The Fed menilai, meskipun ada tanda-tanda inflasi turun, tetapi tidak cukup untuk melawan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Hal ini menunjukkan bahwa scarring effect perang Rusia-Ukraina ini akan meninggalkan luka mendalam bagi perekonomian global secara luas. (ADF)