Chairman PT Sri Pertiwi Sejati (SPS) Group, Asmat Amin mengatakan potensi pertumbuhan itu sebenarnya masih besar, bahkan dia mengkritisi pengaruh sektor properti pada GDP nasional yang dinilainya masih terlalu rendah dibanding negara lain. Padahal kebutuhan akan rumah di Indonesia (backlog) mencapai 11 juta dan kebutuhan rumah pertahun mencapai 800 sd 1 juta saja.
“Di Indonesia efek dari industri properti terhadap GDP nasional hanya 2 sampai 2,5%, jauh dibanding negara lain yang mencapai 20 sd 30 %,” ujarnya.
Amin mengatakan, sudah seharusnya sektor properti menjadi penggerak ekonomi nasional. Karena ada 170 industri terkait dengan sektor poperti.
Direktur Pembiayaan PT Sarana Multi Finansial (SMF), Herliantopo mengungkapkan, SMF bergerak di bidang pembiayaan sekunder perumahan melalui penyediaan dana jangka panjang untuk mendukung sektor perumahan.
SMF Tidak terbatas pada BUMN, tapi SMF berkolaborasi dengan seluruh Lembaga pembiayaan untuk mengalokasikan dana pembiayaan perumahan.