"Selama 28 hari terakhir, persentase kasus lokal yang asimtomatik atau gejala ringan mencapai 98,1 persen. Dari 114 kasus yang memerlukan bantuan tabung oksigen, 56 pasien tidak divaksinasi lengkap dan 58 kasus lainnya sudah divaksinasi lengkap. Dari 8 pasien ICU, 5 tidak divaksinasi lengkap dan 3 pasien sudah divaksinasi lengkap " papar Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, beberapa waktu lalu, dikutip dari The Guardian.


Lebih lanjut, Menteri Keuangan sekaligus Ketua Satgas Covid-19 Singapura, Lawrence Wong, mengatakan bahwa indikator utama dalam menentukan langkah pembukaan kembali adalah jumlah pasien di unit perawatan intensif selama dua hingga empat minggu ke depan.


"Saat ini tersedia 300 tempat tidur ICU, yang bisa ditambah menjadi 1.000. Jika jumlahnya tetap dapat dikelola, negara akan melanjutkan rencana pembukaan kembali," katanya.


Sementara itu, dengan kejadian ini, Menteri Kesehatan mulai melarang pertemuan sosial di tempat kerja sebagai tanggapan terhadap klaster yang terdeteksi di kantin perkantoran.
Varian Delta mendominasi kasus Covid-19 di Singapura. Varian yang diketahui mudah menyebar tersebut bahkan mulai banyak menginfeksi usia anak. Per 14 September 2021, Kementerian Kesehatan Singapura mencatat 367 kasus Covid-19 pada anak-anak, dengan 172 kasus adalah varian Delta.


"Anak-anak di bawah usia 12 tahun menyumbang 0,6 persen dari semua kasus infeksi lokal (menyebar antarmastarakat Singapura)," terang laporan Kemenkes Singapura, dikutip dari laman resminya.

Di antara kasus anak-anak Covid-19 di Singapura itu, 50 kasus berusia 0-1 (13,6 persen), 83 kasus berusia 2-4 (22,6 persen), 76 kasus berusia 5-6 (20,7 persen), dqn 158 kasus berusia 7-12 (43,1). Artinya, anak usia 7 hingga 12 paling banyak terinfeksi Covid-19.

Data global menunjukkan bahwa proporsi kasus anak terinfeksi Covid-19 parah sangat rendah dibandingkan pada kelompok usia dewasa. Persentase anak yang terinfeksi yang mengalami penyakit parah dan memerlukan perawatan intensif adalah 0,7 persen di Israel, 0,3 persen di Republik Korea, dan 0,6 persen di Prancis.


"Ada bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak dengan kondisi medis yang mendasari seperti genetik, neurologis, kondisi metabolisme, beberapa tingkat kompleksitas medis, penyakit jantung bawaan, obesitas, diabetes, asma, penyakit paru-paru kronis, penyakit sel sabit, atau imunosupresi mungkin berisiko lebih tinggi mengalami Covid-19 kondisi," terang Kemenkes Singapura.
Sebelumnya, Zubairi pun telah mengingatkan agar Indonesia waspada dan berkaca dari penanganan Covid-19 di negara lain. Selain itu, dia mengingatkan untuk mempersiapkan kapasitas layanan kesehatan untuk mengelola potensi lonjakan kasus.