Dalam presentasi FTI, kondisi kas eFishery hingga pertengahan Februari 2025 tinggal USD50 juta atau Rp800 miliar. Konsultan tersebut juga merekomendasikan agar mayoritas bisnis eFishery ditutup.
"Saldo kas terus berkurang tanpa adanya rencana restrukturisasi," tulis laporan tersebut.
Ini menjadi kabar buruk bagi investor eFishery yang berharap investasinya setidaknya bisa balik modal dengan cara likuidiasi. Investor diperkirakan hanya akan memperoleh 9,5 persen dari nilai investasinya dengan skenario optimis dan 8,3 persen dengan skenario pesimis. Artinya, G42 Abu Dhabi yang berinvestasi USD100 juta pada 2023 hanya akan mendapatkan USD8,3 juta saja dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.
Juru Bicara FTI Consulting menolak berkomentar atas laporan tersebut. Begitu juga dengan Juru Bicara Temasek. Sementara SoftBank dan G42 tidak segera merespons.
Terjerat Utang
Sebelum bangkrut, eFishery beroperasi dengan memanfaatkan AI untuk memberikan pakan ikan hingga sensor dan rantai pasok otomatis yang menghubungkan petambak dengan pembeli lewat aplikasi smartphone. Startup ini mengklaim memiliki sosial dengan membantu para petambak memperoleh pendanaan lewat skema peer-to-peer (P2P) dan institusi keuangan untuk membiayai operasional, termasuk pakan.