“Inilah kenapa ditekankan bahwa seluruh langkah-langkah memperbaiki iklim investasi menjadi sangat penting,” terang Sri.
Selain itu, intermediasi perbankan juga menunjukan akselerasi sejalan dengan tren pemulihan. Ini ditandai dengan pertumbuhan kredit yang tinggi baik dai sisi investasi, konsumsi, dan modal kerja dengan total mencapai 10,66%.
“Ini situasi sudah menunjukkan adanya normalisasi sebelum terjadinya pandemik," tutur Sri Mulyani.
Terkait penggunaan instrumen fiskal Indonesia, dia mengatakan, Indonesia mengelola fiskalnya secara prudent dan hati-hati. Hal ini terlihat dari defisit fiskal Indonesia di tahun 2020-2021 sebesar 10,7%, dengan rasio utang pemerintah 2021 yang relatif rendah di angka 40,7% dari GDP dan terus menurun mencapai 37,91% pada Juli 2022.
“Oleh karena itu, Indonesia dari sisi rating terhadap utang mendapatkan upgrade dari Standard and Poor's (S&P) dari negatif menjadi Stable. Atau dari rating agency yang lain moody’s, fitch, R&I, dan JCRA kita mendapatkan assessment afirmasi, artinya tidak dilakukan perubahan atau tidak mengalami down grading,” tandas Sri Mulyani. (FAY)