IDXChannel - Head of Corporate Communication & Relation PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), Dian Astriana menjelaskan, industri makanan dan minuman (mamin) terancam berhenti produksi, karena pasokan gula kristal rafinasi (GKR) semakin seret.
Untuk mengantisipasi adanya masalah tersebut, ia meminta pemerintah untuk menerbitkan kuota impor bahan baku gula rafinasi.
"Tentu kami berharap pemerintah dapat menambah kuota [impor] sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri mamin," kata Dian, dalam keterangan resmi, Senin (5/12/2022).
Dian menjelaskan, pemerintah dapat membuka keran impor bahan baku untuk gula kristal rafinasi agar dapat memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman.
Gula kristal rafinasi merupakan salah satu bahan baku utama yang harus terpenuhi dalam memproduksi mayoritas produk Garudafood, bila terkendala maka bisa berdampak pada penghentian kegiatan produksi.
"Garudafood menggunakan GKR sebagai bahan baku produksinya. Terkait ketersediaan pasokan GKR, apabila terkendala maka tentu berpotensi mempengaruhi kelancaran produksi kami," ungkapnya.
Seretnya pasokan gula kristal rafinasi untuk industri mamin juga dialami produsen makanan ringan atau snack, PT Arnott's Indonesia, yang saat ini mengalami kesulitan pasokan gula.
"Arnott's juga mengalami kesulitan pasokan gula," kata Oktaviana Quinta Dewi, dari Arnott’s.
Menurut Oktaviana, seretnya pasokan gula ini berisiko mengganggu kegiatan produksi apalagi stok gula di gudang sudah sangat menipis.
"Betul [terancam stop produksi], shortage gula ini memberikan risk diproses produksi kami. Kami berharap pemerintah bisa segera mengeluarkan kebijakan," ungkapnya.
Para pelaku industri mamin sudah mengirimkan surat ke pemerintah mengeluhkan seretnya pasokan gula kristal rafinasi menjelang akhir tahun ini. Proyeksi pertumbuhan bisnis mamin tahun 2023 minimal 5% bisa terganggu jika dihambat pasokan bahan baku.
Terganggunya pasokan GKR akan berdampak pada berhentinya produksi bahkan dikhawatirkan menimbulkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Industri mamin di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan III-2022 industri mamin tumbuh 3,57 persen atau lebih tinggi dibanding periode sebelumnya 3,49 persen.
Meskipun terdampak COVID-19, sub sektor mamin masih mampu tumbuh dan berkontribusi pada pertumbuhan industri nonmigas yang mencapai 4,88 persen.
Kinerja ekspor produk mamin juga tak kalah bagus. Pada Januari-September 2022, ekspor mamin mencapai USD 36 Miliar [termasuk minyak kelapa sawit], sedangkan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar USD 12,77 Miliar.
(SLF)