"Jadi masih sangat jauh dibandingkan dengan perkebunan besar yang dimiliki oleh perusahaan kelapa sawit yang memproduksi 5-7 ton per hektare per tahun," ungkap Saleh.
Saleh juga menyatakan bahwa kebutuhan minyak kelapa sawit untuk memproduksi produk-produk hilir di dalam negeri membuat harga kelapa sawit yang memenuhi standar jadi meningkat.
Dengan demikian, upaya hilirisasi pada akhirnya juga akan memaksa petani untuk memproduksi kelapa sawit sesuai standar, dengan produktivitas yang juga lebih tinggi.
"Hilirisasi memperkuat posisi Indonesia sebagai penjual sawit terbesar di dunia, dengan memperlemah posisi pembeli minyak sawit yang selama ini mendominasi perdagangan sawit internasional," papar Saleh.
Sehingga, lanjut Saleh, langkah hilirisasi pada akhirnya juga memungkinkan Indonesia untuk memperkecil ekspor ke negara-negara pedagang kelapa sawit, dengan tidak mengurangi produksi nasional. (TSA)