IDXChannel - Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan di sepanjang tahun 2023 yang mencapai USD36,93 miliar. Meski demikian, angka kumulatif tersebut tercatat lebih rendah USD17,52 miliar atau 33,46% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.
Guru Besar Hukum Universitas Tarumanegara Prof Ariawan Gunadi mengatakan, jika dilihat dari kinerja perekonomian Indonesia memang mencatat pertumbuhan sebesar 5,05% sampai dengan kuartal III 2023 dan surplusnya USD36,93 miliar.
"Jadi kalau di compare dengan negara-negara di ASEAN, Malaysia mengalami pertumbuhan 3,9%, Thailand di 2,5% dan Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang saya lihat cukup tinggi karena bisa mencapai di angka itu," kata Prof Ariawan dalam Market Review IDX, Selasa (16/1/2024).
Walaupun, dari sisi ekspor migas dan nonmigas mengalami penurunan di tahun 2023 dibandingkan dengan 2022, begitupun juga inflasi.
Menurut Prof Ariawan, kunci dari kinerja surplus perekonomian meskipun kita tahu ada konflik geopolitik, tetapi pemenuhan tren supply dan demand untuk suplai nasional.
Sehingga supply chain bermain di lingkup nasional tanpa tendensi ke impor, konsumsi rumah tangga juga masih baik dengan tumbuh 4,9% dan investasi naik ke 4,2%.
Adapun menurut Prof Ariawan surplus ini ditopang oleh komoditas yang sifatnya nonmigas seperti bahan bakar mineral, lemak minyak hewan nabati, dan besi/baja yang merupakan sektor-sektor cukup penting sehingga bisa mendominasi di neraca perdagangan kita.
"Jadi kalau saya lihat secara umum surplus ini adalah sebagai indikator yang positif karena memang nilai barang dan jasa yang diekspor suatu negara melebihi barang yang di impor dan itu juga menunjukkan bahwa ekonomi di suatu negara punya daya tahan ekonomi yang baik khususnya di Indonesia," ungkapnya.
Meski positif, penurunan surplus secara tahunan ini karena turunnya nilai ekspor dan naiknya impor yang disebabkan karena penurunan minyak dan gas pada pasar internasional.
(SLF)