sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tak Cuma Resesi, Perubahan Iklim bikin Ekonomi Suram Tahun Depan

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
07/10/2022 17:17 WIB
IMF menyebut telah terjadi 'perubahan mendasar' dalam ‘ikatan’ global yang disebutnya rapuh dan bencana alam yang akan datang lebih sering.
Tak Cuma Resesi, Perubahan Iklim bikin Ekonomi Suram Tahun Depan. (Foto: MNC Media)
Tak Cuma Resesi, Perubahan Iklim bikin Ekonomi Suram Tahun Depan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, memperingatkan dunia menghadapi risiko resesi yang semakin besar dan ‘pergeseran mendasar’ dalam ekonomi dunia dan hubungan internasional.

Kristalina menggaris bawahi semakin rapuhnya ikatan global akibat ancaman resesi dan bencana alam yang lebih sering. Ia mengatakan, serangkaian guncangan ekonomi telah menyebabkan inflasi yang terus-menerus tinggi, mendorong krisis biaya hidup di negara-negara di seluruh dunia.

Imbuh Kristalina, dunia saat ini sedang mengalami perubahan mendasar dalam ekonomi global.

Dari yang awalnya dunia yang relatif dapat diprediksi dengan kerangka kerja berbasis aturan untuk menciptakan kerja sama ekonomi internasional, suku bunga rendah, dan inflasi rendah menuju dunia dengan lebih banyak kerapuhan, ketidakpastian yang lebih besar, volatilitas ekonomi yang lebih tinggi, konfrontasi geopolitik, dan bencana alam yang lebih sering.

Georgieva mengatakan guncangan sejak awal pandemi telah mengubah gambaran ekonomi global sepenuhnya, yang berarti inflasi menjadi lebih persisten.

Harga energi yang tinggi akan sangat membebani pertumbuhan, outbreak Covid-19 di China untuk kesekian kalinya, hingga momentum perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan kenaikan suku bunga meningkatkan risiko untuk berbagai kegiatan ekonomi di seluruh dunia.

IMF pun telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2,9% untuk 2023 dari sebelumnya 3,2% pada 2022.

"Seperti yang akan Anda lihat di Outlook Ekonomi Dunia yang akan diperbarui minggu depan, kami akan menurunkan pertumbuhan untuk tahun depan," kata Georgieva.

IMF memperkirakan sekitar sepertiga negara di seluruh dunia akan mengalami penurunan produk domestik bruto selama dua kuartal berturut-turut atau definisi teknis dari resesi di tahun depan.

Menurut perhitungan IMF, Sebanyak USD4 triliun atau setara £3,6 triliun output global diperkirakan akan hilang tahun ini hingga 2026. Jumlah ini setara dengan ukuran ekonomi Jerman dan akan menjadi kemunduran besar bagi dunia.

Output global mengacu pada jumlah total barang dan jasa yang dihasilkan secara global, umumnya dikenal sebagai produk domestik bruto (PDB).

"Bahkan ketika pertumbuhan positif, itu akan terasa seperti resesi karena pendapatan riil menyusut dan harga naik," kata Georgieva.

Perubahan Iklim Perburuk Keadaan

Dalam pidato pembukaannya di Georgetown University, Washington, DC, pentolan IMF ini menyebutkan dalam waktu kurang dari tiga tahun ini terdapat banyak kejutan dalam tatanan perekonomian global.

“Pertama, Covid-19, kemudian invasi Rusia ke Ukraina, dan juga bencana iklim di semua benua,” papar Georgieva.

Menurutnya, guncangan ini telah menimbulkan kerugian yang tak terukur pada kehidupan masyarakat luas. Dampak dari berbagai kejadian global itu telah mendorong adanya lonjakan harga global, terutama pada makanan dan energi, dan juga menyebabkan krisis biaya hidup.

Selain Covid-19 dan pecahnya perang Rusia-Ukraina, bencana alam memang telah menjadi penghambat ekonomi nyata di seluruh dunia, tak terkecuali di Tanah Air.

Banjir yang melanda ibu kota Tanah Air di sejumlah titik dalam kurun waktu seminggu ini menjadi salah satu pertanda ancaman lain yang lebih serius terhadap ekonomi. Krisis iklim ini semakin nyata terjadi akhir-akhir ini.

Dampak perubahan iklim seperti banjir dan bencana alam lainnya diproyeksi akan menimbulkan kerugian ekonomi signifikan dalam beberapa dekade mendatang.

Estimasi UN Environment Programme (UNEP) memperkirakan biaya untuk beradaptasi dengan dampak iklim sebesar USD140-300 miliar per tahun pada 2030 dan USD280 miliar hingga USD500 miliar per tahun pada 2050.

Angka estimasi ini bukan tanpa bukti nyata. Di tahun 2021 saja, Statista mencatat kerugian dari bencana alam yang terjadi di seluruh dunia mencapai USD 343 miliar. (Lihat tabel di bawah ini)

 

Jika saat ini ancaman resesi sudah digambarkan begitu gelap dan seram, bukan tidak mungkin banjir dan bencana alam lainnya akan membuat dunia semakin gelap tahun depan. Besarnya kehilangan ekonomi akibat bencana ini juga perlu diwaspadai dan dimasukkan dalam kalkulasi mitigasi risiko guncangan ekonomi di tahun depan. (ADF)

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement