"Setelah diputuskan bahwa itu merupakan strategi Pertamina maka beban itu akan berkurang karena negara tidak perlu lagi memberikan kompensasi," tegas Fahmy.
Sementara, Pengamat Ekonomi dan Energi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Yayan Satyakti, menilai bahwa opsi menaikkan harga BBM sebenarnya juga cukup beralasan untuk diambil, seiring dengan fluktuasi harga minyak dunia akibat krisis biaya transportasi di Laut Merah.
Namun, dengan memilih untuk tetap mempertahankan harga jual, alih-alih menaikkannya, pemerintah disebut Yayan sedikitnya memiliki dua pertimbangan.
Pertama, menurut Yayan, adalah untuk menjaga stabilitas perekonomian, mengingat saat ini juga sedang berlangsung masa kampanye terkait Pemilihan Umum (Pemilu) yang bakal dilaksanakan serentak pada 14 Februari 2024 mendatang.
Dengan harga jual BBM tidak mengalami kenaikan, dipercaya Yayan dapat turut berperan dalam mengurangi dampak instabilitas politik.