sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tak Terpengaruh Konflik, Rusia Masih Jadi Pemasok Minyak Utama ke China

Economics editor Fahmi Abidin
21/08/2022 06:30 WIB
Rusia mempertahankan diri sebagai Negara pemasok minyak utama ke China di Juli 2022.
Tak Terpengaruh Konflik, Rusia Masih Jadi Pemasok Minyak Utama ke China. (Foto: MNC Media)
Tak Terpengaruh Konflik, Rusia Masih Jadi Pemasok Minyak Utama ke China. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Meski berada di tengah perang, Rusia mempertahankan diri sebagai Negara pemasok minyak utama ke China di Juli 2022. Meningkatnya penjualan minyak Rusia ke negeri tirai bamboo tersebut dikarenakan diskon harga dan daya saing dengan pemasok lain seperti Angola dan Brasil.

Dilansir dari Reuters, Sabut (20/8/2022), impor minyak Rusia, termasuk pasokan yang dipompa melalui pipa Samudera Pasifik Siberia Timur dan pengiriman melalui laut dari pelabuhan Eropa dan Timur Jauh Rusia, mencapai 7,15 juta ton atau naik 7,6% dibandingkan tahun lalu menurut data Administrasi Umum Kepabeanan China.

Terkait pasokan Rusia pada Juli 2022 tercatat sebanyak 1,68 juta barel per hari (bph), atau berada di bawah rekor Mei 2022 yang mendekati 2 juta barel per hari. Dengan demikian, China bisa dikatakan sebagai pembeli minyak terbesar Rusia.

Di sisi lain, tercatat impor dari Arab Saudi menjadi peringkat kedua di Juni 2022 yakni sebesar 6,56 juta ton atau 1,54 (bph).

Impor Rusia ke China tersebut mencapai 48,45 juta ton yang naik 4,4% di tahun ini, akan tetapi hal masih tertinggal jauh dari jumlah pasokan dari Arab Saudi, yang memasok 49,84 juta ton, atau 1% di bawah level tahun lalu. 

Kemudian impor minyak mentah China pada Juli turun 9,5% dari tahun sebelumnya, dengan volume harian di level terendah kedua dalam empat tahun, karena penyulingan menurunkan persediaan dan permintaan bahan bakar domestik pulih lebih lambat dari yang diperkirakan.

Karena meningkatnya pembelian minyak dari Rusia telah menekan pasokan minyak dari Angola dan Brasil yang masing-masing turun 27% dan 58% secara setahun.

Sementara itu, Bea Cukai China melaporkan tidak ada impor dari Venezuela atau Iran pada Juli. Disebutkan bahwa perusahaan minyak negara tersebut telah menghindari pembelian sejak akhir 2019 karena takut melanggar sanksi sekunder AS, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (20/8/2022).

Kemudian impor dari Malaysia, yang sering digunakan sebagai titik transfer dalam dua tahun terakhir untuk minyak yang berasal dari Iran dan Venezuela, melonjak 183% pada tahun itu, menjadi 3,34 juta ton, dan naik dari 2,65 juta ton pada Juni. (FHM)

Penulis: Nur Pahdilah

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement