Menurutnya, aksi premanisme bisa memberikan dampak besar bagi Indonesia, karena investor yang tidak nyaman menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat kehilangan kesempatan pekerjaan dan negara terancam batal mendapatkan dana investasi.
“Karena preman sekelompok orang kecil akan mengganggu segitu banyak orang yang mau bekerja. Pekerja tak bisa didapat karena orang enggak mau investasi, masa gara-gara itu investasi kita terganggu,” ujarnya.
Sebagai informasi, BYD membangun pabrik di Kawasan Industri Subang Smartpolitan dengan luas lahan 126 hektare. Pabrik tersebut dikabarkan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 18 ribu orang.
Fasilitas pabrik tersebut direncanakan mulai beroperasi pada awal 2026 dengan kapasitas produksi mencapai 150.000 unit mobil per tahun.
Sementara VinFast juga telah menanamkan modal mereka sebesar USD200 juta atau setara Rp3,2 triliun untuk membangun pabrik di Subang. Fasilitas tersebut memiliki kapasitas produksi sebesar 50 ribu unit per tahun, dan dapat menyerap 3 ribu tenaga kerja yang diproyeksikan bakal beroperasi pada awal 2026.
(Dhera Arizona)