IDXChannel - Ekonom Perbanas dan UOB, Enrico Tanuwidjaja memperkirakan, ketidakpastian global memuncak pada 2026 melampaui krisis akibat Brexit, perang dagang, maupun pandemi Covid-19.
"Kalau dibandingkan dengan beberapa episode krisis seperti Brexit, trade tension, bahkan Covid, ketidakpastian sekarang sudah jauh melebihi itu. Jadi kita memang sedang tidak benar-benar aman-aman saja," kata Enrico dalam acara Konferensi Pers CEO Forum Economic Outlook 2026, Rabu (10/12/2025).
Enrico mengungkapkan beberapa faktor utama yang membuat risiko global semakin besar antara lain meningkatnya tensi geopolitik, mulai dari konflik Ukraina hingga ketegangan di kawasan Timur Tengah hingga kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Selain itu, ekspor Indonesia masih menopang pertumbuhan ekonomi pada 2025. Namun fenomena export front-loading yang terjadi diperkirakan tidak akan berulang tahun depan.
"Ini fenomena export front-loading yang menyokong pertumbuhan global secara surprising di 2025. Tahun depan ketidakpastian meningkat, front-loading selesai, sehingga ekspor bisa melemah. Risiko geopolitik juga akan membuat hubungan Amerika-China menjadi pusat perhatian dan memicu volatilitas pasar," tutur dia.
Dalam menghadapi tekanan eksternal tersebut, Enrico menekankan pentingnya fokus pada penguatan ekonomi domestik. Menurutnya, skala ekonomi Indonesia yang besar memungkinkan model close-loop economy yang lebih tahan terhadap gejolak luar.
"Kita harus fokus pada ekonomi domestik. Ekonomi kita besar; close-loop economy memungkinkan kita berpaku pada kekuatan sendiri. Jadi perlu sinergi pemerintah dan perbankan agar ekonomi domestik lebih menggeliat," kata Enrico.
Selain itu, pelemahan rupiah disebutkan dapat menjadi momentum memperluas pasar ekspor Indonesia. Enrico menyarankan agar Indonesia tidak hanya mengandalkan pasar AS, melainkan memperluas penetrasi ke kawasan Asia Tengah dan Afrika.
Dia juga menilai bahwa pendalaman pasar keuangan menjadi strategi krusial. Perbankan disebut sebagai katalis utama dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif sehingga menciptakan dampak pengganda yang dapat mendorong pertumbuhan.
"Dengan era suku bunga yang diperkirakan turun, semoga tahun depan meskipun dunia gonjang-ganjing, kita bisa berpaku pada tiga strategi, yaitu penguatan pasar domestik, penguatan ekspor berbasis partner dagang yang lebih menyeluruh, dan pendalaman pasar finansial," tuturnya.
(DESI ANGRIANI)