“Berdasarkan pernyataan Jokowi itu sesungguhnya mengisyaratkan bahwa Jokowi tidak menaikkan harga BBM subsidi dalam waktu dekat ini,” tutur dia.
Fahmy menjelaskan, beban anggaran pendapatan belanja negara atau APBN untuk subsidi energi semakin membengkak hingga mencapai Rp502,4 triliun. Namun perlu diingat, beban subsidi Rp502,4 triliun adalah total anggaran subsidi energi yang terdiri dari BBM, LPG 3 kilogram, dan Listrik.
“Itu diperhitungkan berdasarkan beberapa asumsi harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan inflasi,” ucap Fahmy.
Sedangkan, realisasi yang benar-benar dikeluarkan (cash out flow) per 31 Juli 2022 total subsidi energi baru sebesar Rp 88,7 trliun, untuk realisasi anggaran subsidi BBM dan LPG 3 kilogram baru sebesar Rp 62,7 triliun. Dengan beban pengeluaran sebesar itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan entengnya menambah kuota pertalite sebesar 5 juta kilo liter.
Selain pengeluaran riil subsidi BBM (cash out flow), ada juga tambahan pemasukan riil (cash inflow) di APBN akibat kenaikan harga komoditi ekspor yang meningkat. “Berdasarkan komposisi tambahan pemasukan dan pengeluaran APBN 2022 sesungguhnya tidak ada urgenci menaikkan harga BBM Subsidi pekan ini, bahkan tidak juga tahun ini,” ujar Fahmy.