Dia mengatakan bahwa kondisi ini kemudian mendorong respon yang sedemikian besar dari The Fed dengan meningkatkan suku bunganya dalam kecepatan yang sangat tinggi. Dengan hal itu, maka konsekuensi terhadap seluruh dunia menjadi sangat jelas.
"Suka atau tidak suka, dolar AS masih menjadi transaksi denominasi di dunia, jadi dolar yang lebih kuat tentunya akan menciptakan lemahnya mata uang lokal. Itu kemudian mendorong imported inflation. tapi, ini bukanlah satu-satunya pelaku. Kita juga tahu bahwa inflasi bukan hanya karena dolar menguat, tapi juga karena harga pangan dan energi yang melonjak pula," pungkas Sri.
(DES)