sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tiga BUMN Karya Jual Tol, Pengamat Pertanyakan Dasar Kebijakan

Economics editor Suparjo Ramalan
10/05/2021 14:05 WIB
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, melontarkan pertanyaan perihal rencana BUMN karya jual tol.
MPI
MPI

"Pertanyaan besarnya apakah aset jalan tol yang dijual untung atau sekedar menutup kerugian? Jawabannya mungkin akhirnya harus dijual dengan harga diskon," ujar Bhima saat dimintai pendapatnya, Senin (10/5/2021). 

Biaya konstruksi jalan tol yang dibangun tercatat cukup mahal. Bhima memperkirakan, pembangunan per kilometer (KM) jalan tol menelan senilai Rp 120 miliar hingga Rp 150 miliar. Jika upaya divestasi aset negara itu bertujuan menjaga cash flow perusahaan dan naiknya rasio utang terhadap ekuitas, maka kemungkinan besar nilai transaksi yang ditawarkan cukup rendah. Akibatnya, kontras antara biaya konstruksi dan transaksi.

"Padahal dulu saat membangun jalan tol biaya nya Rp120-150 miliar per KM sangat mahal. Nanti yang jadi titik kritisnya adalah mau dijual berapa? Apakah penjualan tol di tengah kondisi keuangan BUMN yang sedang bermasalah bisa mengembalikan modal saat membangun?," tutur dia. 

Sejumlah ruas tol milik negara memang mencuri perhatian Indef. Dalam kajiannya, tercatat ada dua kekeliruan. Pertama, terletak pada tidak terintegrasinya pembangunan jalan tol dengan penurunan biaya logistik. 

Dimana, biaya logistik hanya menurun kurang dari 2 persen atau menjadi 23,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) saja. Bahkan, tercatat mahal jika dibanding negara di Asean. Persoalan ini memang diakui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Secara gamblang, Kepala Negara menegaskan, biaya logistik jalan tol di dalam negeri masih sangat mahal, sekitar 24 persen dari PDB. 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement