Selain modal yang telah disuntikan ke Tokopedia, induk TikTok yakni ByteDance tergolong memiliki ‘uang yang tidak berseri’ alias melimpah. Bytedance mencetak pendapatan USD85,2 miliar atau Rp1.278 triliun (kurs USD1 = Rp15.000) pada 2022, meningkat hampir 80% secara year on year.
Pada tahun lalu ByteDance menghabiskan USD37,7 miliar atau Rp565,5 triliun yang dialokasikan menjadi biaya penjualan yang naik 40% secara yoy. Sepanjang 2022, Bytedance menyentuh level profit dengan EBITDA USD20 miliar, membalikan dari kondisi rugi USD7 miliar dari tahun sebelumnya.
“Patut diingat, Bytedance adalah raksasa yang sudah untung sehingga jelas punya uang yang lebih banyak dibandingkan kompetitornya yang masih mencatatkan rugi dan cash flow terbatas,” ujarnya.
Sebagai komparasi, Grab menghabiskan biaya penjualan dan marketing USD209 juta atau Rp3,13 triliun dalam 9 bulan pertama 2023. Grab menghemat amunisi bakar uang sehingga berhasil mencapai profitabilitas di Kuartal III-2023.
Sementara itu Shopee menghabiskan biaya penjualan dan marketing USD1,63 miliar atau Rp24,47 triliun dalam periode yang sama. Shopee yang telah menghemat biaya penjualan dan marketing di kuartal I dan II, ternyata menggejot biaya di kuartal III. Hal ini menyebabkan induk Shopee, Sea Ltd, kembali mencatatkan rugi di Kuartal III-2023, setelah 3 kuartal mencatat profit.