sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Timor Leste Sediakan 25 Ribu Hektare Sawah untuk Bahan Baku Produksi Bobibos

Economics editor Achmad Al Fiqri
27/12/2025 21:00 WIB
Salah satu bentuknya yakni penyediaan lahan seluas 25 ribu hektare untuk pengembangan bahan baku dan fasilitas produksi. 
Timor Leste Sediakan 25 Ribu Hektare Sawah untuk Bahan Baku Produksi Bobibos. (Foto Achmad/IMG)
Timor Leste Sediakan 25 Ribu Hektare Sawah untuk Bahan Baku Produksi Bobibos. (Foto Achmad/IMG)

IDXChannel - Produk energi terbarukan berupa bahan bakar nabati berbasis jerami, Bobibos, akan segera diproduksi massal di Timor Leste. Produk anak bangsa yang berada di bawah naungan PT Inti Sinergi Formula itu telah mendapat dukungan penuh pemerintah Timor Leste.

Salah satu bentuknya yakni penyediaan lahan seluas 25 ribu hektare untuk pengembangan bahan baku dan fasilitas produksi. 

Kesepakatan dilakukan manajemen Bobibos, setelah diterima secara resmi oleh pemerintah Timor Leste, kalangan pengusaha, serta Kamar Dagang setempat, di Bumi Sultan Jonggol, Jawa Barat, Jumat (26/12/2025).

Dalam kunjungan tersebut, Bobibos menandatangani nota kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama dengan perusahaan lokal yang didedikasikan untuk pengembangan bioenergi.

Bahkan, pemerintah Timor Leste menjanjikan penyusunan regulasi khusus, dukungan investasi, serta fasilitas produksi berupa pabrik dan kawasan pergudangan seluas sekitar tiga hektare.

"Produksi perdana direncanakan akan diresmikan langsung oleh Perdana Menteri Timor Leste dan dihadiri Presiden Timor Leste. Ini menjadi bukti keseriusan mereka," ujar Pembina Bobibos Mulyadi.

Dia menegaskan, kerja sama luar negeri tersebut bukan bentuk pengabaian terhadap Indonesia. Menurutnya, Bobibos merupakan solusi energi global dengan keunggulan harga murah, efisiensi tinggi, dan ramah lingkungan, sekaligus berpotensi meningkatkan kesejahteraan petani serta mengurangi beban subsidi energi.

Menanggapi kritik warganet yang menilai Bobibos hanya berorientasi mencari investor, Mulyadi menilai, anggapan itu keliru. Menurutnya, industri energi membutuhkan investasi besar dan peran negara agar distribusi energi dapat berjalan adil dan berkelanjutan.

Sementara di dalam negeri, Bobibos tetap menjalankan proyek percontohan berbasis komunitas dan relawan. Produksi dilakukan secara terbatas untuk konsumsi internal sebagai pembuktian fungsi teknologi, tanpa distribusi komersial.

Dia juga membantah anggapan yang menyamakan teknologi Bobibos dengan konsep blue energy. Sebab, seluruh proses dapat diuji secara ilmiah dan tidak mempertaruhkan reputasi pribadi maupun simbol negara yang melekat pada dirinya sebagai pejabat dan pengurus partai politik.

"Pada dasarnya, kami ingin membantu masyarakat, membantu negara, dan menjaga lingkungan. Transisi energi adalah keniscayaan. Indonesia memiliki potensi besar melalui energi nabati," kata dia.

Namun, dia menegaskan Bobibos akan tetap menghormati kebijakan pemerintah Indonesia yang saat ini hanya menetapkan sawit, aren, dan tebu sebagai sumber bioenergi, sambil menunggu adanya regulasi yang memungkinkan pemanfaatan jerami sebagai bahan baku energi terbarukan.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement