IDXChannel - Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet memandang, stagflasi dan resesi global mulai terjadi di beberapa negara di dunia.
"Memang kalau melihat dari beberapa pencapaian data ekonomi negara-negara global, resesi semakin terlihat jelas untuk terjadi apalagi kalau misalnya mengacu ke data Amerika Serikat (AS) yang pada kuartal II kemarin sudah mengalami resesi bersamaan juga dengan Inggris," ujar Yusuf kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Rabu(10/8/2022).
Namun, sambung dia, kalau berbicara konteks Indonesia sebenarnya data-data terakhir menunjukkan pemulihan ekonomi masih berada dalam trek yang tepat, seperti misalnya kemarin indeks penjualan eceran yang secara tahunan itu bisa tumbuh sekitar 8%.
Indeks ini adalah salah satu indikator utama yang menggambarkan permintaan barang dan jasa dari masyarakat sehingga ketika Indeks ini berada pada level pertumbuhan positif ini bisa diartikan permintaan ataupun konsumsi masyarakat itu relatif masih terjadi.
"Selain itu kalau melihat dari angka inflasi juga menunjukkan tren kenaikan, saya kira selain faktor supply kenaikan inflasi juga didorong oleh proses pemulihan ekonomi karena permintaan yang meningkat itu juga akhirnya menggerek harga ke level yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya," ungkap Yusuf.
Namun demikian, sebagai negara yang memiliki perekonomian terbuka dan terkoneksi dengan negara lain, dampak dari resesi global juga tentu akan terasa di Indonesia terutama kalau berbicara soal komoditas yang berpeluang harganya mengalami penurunan jika resesi itu terjadi.
"Jika harga komoditas mengalami penurunan kita tahu dampak yang kemudian bisa diberikan adalah kinerja ekspor terutama ekspor komunitas utama itu akan terkoreksi dan saya kira jika resesinya berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan melibatkan lebih banyak negara. Tentu penurunan harga komoditas akan terasa lebih signifikan sehingga ini juga akan ikut mempengaruhi kinerja dagang Indonesia yang sebelumnya telah mencatatkan surplus dagang selama semester pertama tahun 2022," jelas Yusuf.
Lebih jauh jika berbicara resesi, sebenarnya Indonesia saat ini punya modal yang relatif baik terutama dilihat dari APBN yang surplus tidaknya sampai dengan semester pertama 2022.
"Surplusnya APBN sebenarnya bisa menjadi modal pemerintah untuk menyediakan kebijakan yang sifatnya nanti membantu masyarakat ketika resesi itu betul-betul terjadi di dalam negeri," pungkas Yusuf.
(SAN)