Jumlah tersebut dibagi untuk program FLPP sebesar Rp13,72 triliun untuk pembiayaan 166.000 unit rumah baru, Rp0,68 triliun untuk Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) kepada 166.00 unit, Rp4,6 triliun untuk pemberian subsidi selisih suku bunga (SSB) kepada 751.735 unit rumah, dan Rp0,83 triliun disalurkan ke Tapera (tabungan perumahan rakyat) untuk 7.251 unit rumah.
"Kalau 2045 harus zero, program harus ditingkatkan, jadi berapa programnya untuk membuat dia 0, kalau hari ini 220 ribu (FLPP), BSPS ada 150 ribu, tapi BSPS untuk yang tidak layak huni, bukan bangunan. Jadi kalau hanya 220, ke 2045 masih harus ditambahkan, jadi kalau mau itu (zero backlog) sekitar 1,5 juta pertahun," sambung Herry.
Targetnya, pada tahun 2024 lewat anggaran FLPP tersebut dapat berkontribusi untuk penurunan backlog perumahan sebesar 1,3% dari total backlog sebanyak 12,7 juta rumah tangga.
"Pemerintah kembali mengalokasikan program FLPP sebesar Rp13,72 triliun, ini nantinya akan digunakan untuk penyaluran FLPP kepada 166 ribu unit rumah. Diharapkan memberikan kontribusi sebesar 1,3% terhadap backlog kepemilikan rumah MBR," ujar Herry.
Lebih lanjut, dijelaskan Herry, berdasarkan survey BPS pada tahun 2021 kondisi backlog perumahan di Indonesia saat ini sekitar 12,7 juta, sedangkan rumah tangga tidak layak huni ada sekitar 29,56 juta rumah pada tahun yang sama.