Secara teknis, Dany memaparkan pendekatan Industrial Policy 2.0, yaitu hilirisasi yang tidak hanya fokus pada pengolahan bahan mentah, tetapi juga mendorong co-produksi teknologi, domestikasi inovasi, serta penguasaan rantai nilai global.
Hal ini, kata dia, sejalan dengan peta jalan hilirisasi nasional yang mencakup 28 komoditas strategis dengan potensi investasi mencapai USD618,1 miliar, dan peluang penciptaan lebih dari 3 juta lapangan kerja.
"Kita harus membuat roadmap industrialisasi, kita harus mengerti mana yang jadi strengthening core kita. Strengthening core kita itu ada di upstream kalau di pertambangan. Jangan sampai kita kuat di upstream tapi justru dikuasai asing. Kalau ada investor, kita harus develop dulu yang upstream, baru kita kerja sama di midstream dan downstream-nya," katanya.
Menurutnya, ada delapan akselerator sistem ekonomi baru yang harus dibangun jika Indonesia ingin mencapai status negara industri maju. Racangan ini selaras dengan skenario Bappenas yang menyebut pertumbuhan 8 persen dapat dicapai melalui akselerasi industrialisasi, peningkatan produktivitas, dan investasi berskala besar.
"Delapan akselerator ini bukan hanya kebijakan, tetapi sistem kehidupan ekonomi baru yang menuntun Indonesia menjadi negara industri maju," kata Dany.
